
Demam berdarah dengue (DBD) dan biang keringat adalah dua kondisi yang sering dialami anak-anak, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Kedua kondisi ini memiliki gejala yang bisa terlihat mirip, seperti munculnya ruam pada kulit, sehingga seringkali orang tua bingung membedakannya. Padahal, penanganan DBD dan biang keringat sangat berbeda dan salah diagnosis bisa berakibat fatal. PAFI Krui hadir untuk membantu orang tua mengenali perbedaan antara DBD dan biang keringat agar dapat mengambil langkah yang tepat untuk kesehatan si kecil.
Apa Itu DBD dan Biang Keringat?
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD dapat menyebabkan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, serta ruam kulit. Jika tidak ditangani dengan baik, DBD bisa berkembang menjadi kondisi serius yang mengancam nyawa.
Biang Keringat adalah kondisi kulit yang terjadi akibat tersumbatnya kelenjar keringat, biasanya karena cuaca panas dan lembap. Biang keringat menyebabkan munculnya bintik-bintik merah kecil yang gatal dan tidak berbahaya.
Gejala DBD pada Anak
PAFI Krui menjelaskan bahwa gejala DBD biasanya muncul 4-10 hari setelah gigitan nyamuk dan meliputi:
- Demam tinggi mendadak hingga 40°C yang berlangsung 2-7 hari.
- Nyeri otot, sendi, dan kepala yang hebat.
- Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan.
- Ruam merah yang muncul setelah demam turun, biasanya di wajah, dada, dan lengan.
- Mudah memar atau berdarah, seperti mimisan atau gusi berdarah.
- Kelelahan dan lemas yang berat.
Gejala Biang Keringat pada Anak
Biang keringat biasanya muncul saat anak berkeringat berlebihan dan ditandai dengan:
- Bintik-bintik merah kecil atau lepuhan yang muncul di area kulit yang tertutup pakaian atau sering berkeringat, seperti leher, punggung, dada, dan lipatan kulit.
- Gatal ringan atau rasa tidak nyaman pada kulit.
- Tidak disertai demam atau gejala sistemik lain.
Perbedaan Utama Antara DBD dan Biang Keringat
Aspek | DBD | Biang Keringat |
---|---|---|
Penyebab | Virus dengue dari gigitan nyamuk | Tersumbatnya kelenjar keringat |
Demam | Tinggi, mendadak, berlangsung lama | Tidak ada demam |
Ruam | Merah, menyebar, muncul setelah demam | Bintik merah kecil, lokal di kulit |
Gejala lain | Nyeri otot, mimisan, mudah memar | Gatal ringan, tidak ada gejala sistemik |
Risiko | Bisa berbahaya, memerlukan perawatan medis | Tidak berbahaya, sembuh sendiri |
Kapan Harus ke Dokter?
Segera bawa anak ke dokter jika mengalami:
- Demam tinggi lebih dari 2 hari.
- Ruam merah yang menyebar disertai gejala lain seperti muntah, nyeri hebat, atau pendarahan.
- Mudah memar atau mimisan.
- Kelelahan berat dan sulit bangun.
Untuk biang keringat, jika ruam tidak membaik dalam beberapa hari atau terjadi infeksi kulit, konsultasikan ke tenaga kesehatan.
Cara Mencegah DBD dan Biang Keringat
PAFI Krui mengingatkan pentingnya pencegahan kedua kondisi ini:
- Pencegahan DBD:
- Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu, obat nyamuk, dan pakaian tertutup.
- Membersihkan lingkungan dari tempat berkembang biaknya nyamuk.
- Menguras dan menutup tempat penampungan air.
- Pencegahan Biang Keringat:
- Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
- Memakai pakaian yang longgar dan berbahan katun.
- Menghindari aktivitas berlebihan di cuaca panas.
Peran PAFI Krui dalam Edukasi Kesehatan Anak
PAFI Krui aktif memberikan edukasi kepada orang tua dan masyarakat tentang pentingnya mengenali gejala penyakit pada anak, termasuk DBD dan biang keringat. Melalui penyuluhan dan konsultasi, PAFI membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan agar penanganan dapat dilakukan dengan tepat dan cepat.
PAFI juga mendorong orang tua untuk rutin memeriksakan kesehatan anak dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika ada gejala yang mencurigakan.
Membedakan antara DBD dan biang keringat sangat penting untuk memastikan anak mendapatkan penanganan yang tepat. DBD adalah penyakit serius yang memerlukan perhatian medis segera, sedangkan biang keringat adalah kondisi ringan yang bisa diatasi dengan perawatan sederhana.
PAFI Krui mengajak orang tua untuk selalu waspada, mengenali gejala, dan tidak ragu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan demi kesehatan dan keselamatan si kecil.